Oase Pendidikan Islam Melalui Peran Pondok Pesantren Sabilal Muhtadin di Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah

  • Feb 07, 2023
  • Admin Jaya Karet

Pendidikan Islam sejatinya mengalami berbagai perkembangan dari zaman ke zaman. Hal ini ditandai dengan berbagai kemajuan yang diraih mulai dari infrastruktur hingga kurikulum yang diajarkan. Sebab pada setiap dekadenya, pemerintah bersama para founder lembaga pendidikan saling bersinergi untuk membangun peradaban Pendidikan Islam yang lebih unggul, terdepan, dan terpercaya. Sejak awal abad ke-20 yang Pendidikan Islam terkonsentrasi kepada pesantren, surau atau masjid dengan berfokus kepada ilmu-ilmu agama yang bersumber dari kitab-kitab klasik (Daulay, 2018).

Pesantren menjadi lembaga pendidikan Islam yang senantiasa ada pada setiap pelosok tempat. Hal ini menjadi sumber utama sebagai kekuataan penyebaran ajaran Islam itu sendiri. Bahkan pada sebuah studi terdahulu disebut bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peren sebagai “habitus” sosial masyarakat Islam sebagai mayoritas. Tradisi pesantren yang khas mewariskan nilai-nilai moderat dalam beragama yang terus terjaga hingga kini (Ma’rifah dan Mustaqim, 2015).

Kalimantan Tengah sebagai salah satu provinsi yang juga memiliki penduduk muslim terbanyak sudah tak asing lagi dengan keberadaan pesantren. Berdasarkan data dari Kementrian Agama Provinsi Kalimantan Tengah, hingga 2018 lalu jumlah pondok pesantren yang ada mencapai 78 pesantren yang terdiri dari 13 pesantren Salafiyah dan 65 pesantren Khalafiyah. Di antara pesantren tersebut, Sabilal Muhtadin menjadi pesantren tertua yang ada di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kemenag Kalteng, 2021).

Sejarah Berdirinya Pesantren Sabilal Muhtadin

Pondok Pesantren Sabilal Muhtadin pada mulanya merupakan hasil swadaya masyarakat yang ada di Kayuwara Laut, Desa Jaya Karet Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Kabupaten Kotawaringin Timur Provinsi Kalimantan Tengah. Pondok ini didirikan pada tahun 1969 dengan mengusung konsep Madrasah Diniyah dan belum memiliki asrama. Adapun santrinya, selain dari dalam daerah, juga ada yang berasal dari luar daerah. Hanya saja mereka dititipkan kepada keluarga atau ada masyarakat yang mau menampungnya selama menuntut ilmu di pondok atau Madrasah Diniyah kala itu.

Pada tahun 1972 diteruskan menjadi Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan tahun 1977 mulai terdaftar hingga pada tahun ajaran 1979/1980 pertama kalinya mengikuti ujian dan setelah mereka lulus, langsung dikirim ke Pondok Pesantren “Ibnul Amin” Pamangkih Kalimantan Selatan. Sementara santri yang tidak mampu dalam masalah biaya, mereka langsung berhenti (tidak melanjutkan pendidikan).

Tahun 1980, di MI Sabilal Muhtadin didatangkan beberapa ustadz yang dipimpin oleh K.H. Muhammad Yusuf untuk mengasuh sebuah pondok pesantren baru dan juga asramanya. Namun kepemimpinan K.H. Muhammad Yusuf tidak berlangsung lama karena pada tahun 1982 beliau mendapat musibah tenggelam di laut dan tidak diketahui keberadaannya lagi. Selanjutnya, diteruskan oleh K.H. Zainuri HB yang merupakan seorang alumni Madrasah Diniyah Sabilal Muhtadin dan baru pulang belajar dari tanah suci Mekkah. Beliau-lah yang kemudian mengasuh dan mengembangkan pondok pesantren hingga menjadi besar.

Perkembangan berikutnya, pada tahun 1987 didirikan Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Salafiyah. Pada tahun 2000 Yayasan Sabilal Muhtadin resmi dinotariskan dengan nomor Akte notaris: 07 Tahun 2000 oleh Notaris Jonie, S.H. dari Sampit. Pada tahun 2002, berdirilah Madrasah Aliyah yang setiap kali penerimaan siswa baru selalu banyak hingga sekarang ini.

Pesantren Sabilal Muhtadin Sebagai Oase Pendidikan Islam

Masyarakat yang ada di wilayah Kotawaringin Timur, khususnya di wilayah Kecamatan Mentaya Hilir Selatan pada tahun 60-an masih minim akan Pendidikan Islam. Orang-orang harus rela berkorban menyekolahkan anaknya ke Kalimantan Selatan untuk menempuh pendidikan di pesantren. Bagi mereka yang mampu hal itu tidaklah sulit, tetapi bagi orang tua yang tidak mampu mengakibatkan anak putus sekolah karena persoalan biaya.

Melihat realitas tersebut dapat dibayangkan jika di wilayah Kotawaringin Timur kala itu tidak ada pesantren, maka akan banyak anak-anak yang buta dengan pendidikan Islam. Oleh sebab itu, Pesantren Sabilal Muhtadin hadir sebagai upaya pemberantasan kebutaan pengetahuan agama masyarakat dengan mendirikan madrasah diniyah pertamanya.

Berdirinya Madrasah Diniyah Sabilal Muhtadin kala itu diharapkan dapat memberi dorongan kepada masyarakat sekitar untuk memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan Islam agar dapat menjadi penerus para kyai dalam mendakwahkan ajaran Islam di wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur. Hal ini sejatinya adalah salah satu fungsi pondok pesantren sebagai tumpuan misi dakwah kalangan internal umat Islam. Sebab sebagai tempat pendidikan agama, keberadaan pesantren menjadi kekuatan penting dalam pendalaman pemahaman agama serta penyebarannya (Suwardi, 2016).

Maka kehadiran Pondok Pesantren Sabilal Muhtadin di Kotawaringin Timur sebagai oase pendidikan Islam yang mampu membangkitkan minat orang tua untuk menyekolahkan anak di pesantren. Selain itu, dengan bertambahnya kemajuan pesantren terus meningkatkan kualitas. Pesantren Sabilal Muhtadin selalu mengikuti perkembangan baik dari teknologi maupun pembaruan-pembaruan terkini serta meresmikan yayasannya di bawah naungan Kementerian Agama.

Hingga kini, kontribusi Pondok Pesantren Sabilal Muhtadin terhadap pendidikan Islam di Kotawaringin Timur begitu besar terbukti dari tersebarnya para alumni yang sangat berperan di masyarakat hingga mengantarkan Sabilal Muhtadin sebagai salah satu pondok yang berdedikasi. Para alumninya dikenal sebagai pendakwah, ulama, pendidik, dan tokoh-tokoh berpengaruh di masyarakat khususnya di Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

 

Penulis: Saibatul Hamdi, M. Pd.